Sangatta (ANTARA) - Ratusan atlet olahraga tradisional Sumpit se-Kalimantan melakukan kegiatan silaturahmi dan latihan bersama di halaman Kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Kutai Timur (Kutim).
“Saya cukup bangga. Ini jadi sarana kita mengenal budaya sendiri dan menjauhkan anak-anak dari hal negatif seperti narkoba atau balapan liar,” ucap Kepala Dispora Kutim Basuki Isnawan, di Sangatta, Sabtu.
Ia mengatakan, kegiatan tersebut menjadi ajang perkumpulan penggiat olahraga tradisional asli Kalimantan.
Dengan diikuti peserta dari berbagai daerah seperti Bontang, Berau, Samarinda, dan Kutai Timur, serta dari Kalimantan Utara, yaitu Kabupaten Malinau.
Dia menuturkan Kutai Timur disebut para peserta sebagai salah satu tempat menyumpit terbaik se-Kalimantan, baik dari sisi fasilitas maupun penyelenggaraan.
Basuki juga menyampaikan bahwa kegiatan ini sekaligus menjadi ajang seleksi atlet Kutim menuju Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS), di mana menyumpit menjadi salah satu cabang yang dipertandingkan.
“Kita sedang siapkan atlet untuk FORNAS. Biasanya Kutim penyumbang medali emas terbanyak,” katanya.
Ketua Komunitas Burui Put (Olahraga Sumpit) Sangatta Nikodemus menjelaskan olahraga sumpit merupakan salah satu permainan tradisional yang berasal dari suku Dayak.
Awalnya olahraga tersebut digunakan masyarakat lokal sebagai permainan adat dan sarana berburu hewan di hutan. Seiring bejalannya waktu, permainan tersebut dijadikan salah satu olahraga rekreasi dan seni ketangkasan yang telah diakui secara nasional.
“Menyumpit adalah budaya nenek moyang. Kami juga ingin mengenalkan ini ke sekolah dan TNI-Polri, karena ini bagian dari senjata tradisional bangsa,” ucapnya.
Sumpit merupakan olahraga yang dilakukan dengan cara meniup damek (anak sumpit dalam bahasa Dayak), yang diarahkan ke sasaran seperti olahraga panahan.
Niko menekankan melalui latihan bersama yang dilakukan di Kutim, sebagai ajang pengenalan olahraga tradisional kepada generasi muda.
"Kami ingin anak-anak muda mengenal ini sebagai bagian dari jati diri mereka. Ini bukan sekedar olahraga, tapi ada warisan budaya yang harus dijaga," ujarnya.