Samarinda (ANTARA) - Komisi X DPR RI menggandeng Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk menekankan pentingnya penguatan peran guru di Kalimantan Timur dalam menerapkan konsep deep learning atau pembelajaran mendalam.
"Hal ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang adaptif dan berdaya saing global," kata Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian di hadapan ratusan guru dari Kabupaten Kutai Kartanegara di Samarinda, Kaltim, Rabu.
Menurut Hetifah, Deep Learning adalah pengembangan dari konsep Merdeka Belajar yang sudah ada, bukan pengganti. Merdeka Belajar sendiri bukan mengganti kurikulum sebelumnya, tetapi menyempurnakannya.
Ia menambahkan bahwa konsep ini perlu dipandang secara positif untuk menghadapi tantangan baru yang lebih dinamis.
"Kita mengharapkan lulusan dari Kaltim ini ke depan bukan saja bersaing dengan lulusan dari daerah lain, bahkan dari negara lain," jelasnya.
Hetifah menekankan pentingnya memastikan hasil belajar siswa Kaltim menjadi manusia produktif, siap berwirausaha, menjadi pekerja yang baik, dan memiliki minat untuk melanjutkan studi, yang telah difasilitasi oleh pemerintah provinsi dan pusat melalui berbagai beasiswa.
Ia menjelaskan bahwa pendidik, meskipun sudah senior, harus terus belajar melalui peningkatan kemampuan dan mengikuti perkembangan baru dalam konsep pendidikan.
Hetifah juga menyoroti pentingnya kesehatan mental dalam dunia pendidikan. Ia menyebutkan bahwa di Kaltim, prevalensi masalah kesehatan mental termasuk tinggi.
"Seringkali masalah yang dihadapi anak justru orang tua mereka sendiri yang sering menuntut atau menekan," jelas Hetifah.
Ia juga menyoroti kesalahpahaman guru terhadap penggunaan teknologi seperti AI oleh siswa. "Jika anak menggunakan AI sebagai sumber belajar, itu harusnya didukung oleh guru atau orang tua," katanya menegaskan.
Penelaah Analisis Kebijakan Direktorat Guru PAUD dan PNF Kemendikdasmen Abdul Gofur menjelaskan bahwa kualitas pendidikan sangat bergantung pada kualitas guru.
Ia merujuk pada konsep logika berpikir yang diterapkan di Jepang dalam membina guru.
Terkait pembelajaran mendalam, Abdul Gofur menyoroti pentingnya Lesson Study, sebuah program yang berfokus pada siklus desain pembelajaran (rencana, aksi, dan amati). Ia mengakui bahwa Indonesia masih lemah dalam penyusunan rencana pembelajaran (RPP), khususnya dalam menentukan tujuan pembelajaran dan menghubungkannya dengan aktivitas serta evaluasi.
"Guru-guru kita masih lemah dalam menentukan tujuan pembelajaran. Kadang tujuan dan aktivitas tidak nyambung, begitu juga dengan evaluasi," jelas Abdul Gofur.